Rabu, 07 September 2011

MENYEMPURNAKAN IBADAH LEWAT ZONA TEKNOLOGI INFORMASI

Masih di bulan Syawal….. ada baiknya kita sama-sama menyelaraskan konteks halal-haram. Judul asli tulisan ini adalah “MALING MALING INTELEKTUAL” yang sedianya saya upload di bulan Ramadhan  1432 kemarin. Entah karena apa, pada akhirnya tulisan itu hanya saya simpan sebagai draft saja. Saya sendiri terus berpikir dan membaca berbagai literatur mengenai halal-haram ini, sembari berkontemplasi mengeai perjalanan hidup saya di ciamis ini. Ada banyak hal – berupa pengalaman spiritual – yang saya yakin tidak atau belum dialami oleh sahabat-sahabat saya di sini.  Dan karena page (halaman) ini melulu soal Teknologi informasi, maka sudut pandang saya juga soal Teknologi Informasi. Terlepas dari persoalan tekhnis!

Karena sebagian besar sahabat saya masih menggunakan Sistem Operasi Windows “bajakan” maka saya – dengan segala kerendahan hati – menganjurkan anda untuk SEGERA BERMIGRASI! Kenapa? Jujur saja saya akan sangat menyayangkan apabila do’a-do’a anda tidak diijabah oleh Allah SWT. Hwalah……. Apa hubungannya? Hehe… saya juga pemula bung! Dengan keinginan-keinginan kita, harapan, impian…. Tidak kebetulan kalau “MENCURI” termasuk salah satu dari 10 Dosa Besar (Referensi: Tilawah Ustadz Yusuf Mansyur dan buku Do’a-Do’a yang dikabulkan Allah SWT.).

Tadinya saya tidak berpikir sampai kesana (karena saya sendiri sudah lama tidak menggunakan sistem operasi Windows). Konsentrasi saya lebih ke anak-anak saya, ke calon penerus bangsa. Bagaimana mungkin mereka “terbebas” dari pembajakan software (perangkat lunak) jika orangtua mereka dan guru-guru mereka mengajari mereka dengan “perkakas” bajakan. Mustahil!

Coba simak ini:
mengutip hasil survei International Data Corporatioan (IDC) mengenai Global Software Piracy Study 2008, menyebutkan, tingkat pembajakan software di Indonesia naik satu persen dari tahun sebelumnya menjadi 85 persen pada 2008. Dari 110 negara yang disurvei IDC, Indonesia berada di peringkat 12. "Akibatnya, Indonesia kehilangan potensi pendapatan sebesar 544 juta dolar AS atau lebih Rp 5 miliar per tahun," tutur Fadil. 
 (sumber: http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=58589:pembajakan-software-di-indonesia-memprihatinkan&catid=59:kriminal-a-hukum&Itemid=91)

Antara tahun 2009 hingga 2010, terjadi peningkatan penginstalan software tanpa lisensi di komputer pribadi (PC) sebesar satu persen di Indonesia. Peningkatan tersebut membuat jumlah program bajakan yang diinstal di PC menjadi 86%. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan kalau nyaris semua orang di Indonesia menggunakan program bajakan. Nilai komersial software illegal ini mencapai USD886 juta.
(sumber: http://chip.co.id/articles/news/2010/05/14/tingkat-pembajakan-software-di-indonesia-masih-tinggi/)

Yups! Hal itu terjadi bukan karena apa-apa, tetapi lebih disebabkan karena mereka cenderung MENCONTOH PENDAHULU mereka. Perhatikan Warnet-warnet yang ada disekeliling kita? Windows kan? Personal Komputer yang anda beli? Windows juga kan? Laptop yang anda konsumsi dan yang sebenarnya sudah terinstalasi sistem operasi Linux, dengan sengaja anda ganti dengan sistem operasi Windows kan? Lha… itu memang bukan urusan saya, itu HAK ANDA SEPENUHNYA! 

Tetapi, kembali kesoal Tauhid (bukan sok tau nih – karena saya sendiri sampai saat ini masih mendiskusikan hal ini dengan ustadz-ustadz saya dan para ulama yang saya kenal – mengenai keabsahan ibadah-ibadah kita dan pencapaian optimal dari hasil ikhtiar kita, jika dengan “asesories” bajakan dimungkinkan atau tidak? 

Bahasa saya adalah; jika selama ini anda merasa ibadah anda sudah “top” (versi anda sendiri) tetapi hasil ikhtiar anda belum optimal, nggak ada salahnya kan mencoba bermigrasi ke LINUX yang jelas-jelas GRATIS! Dan jika ternyata terjadi perubahan – Insya Allah – hehe... silahkan deh bertestimoni di Bengkel Sedekah. Ya.... bukan tidak mungkin kalau yang mengganjal optimalitas ikhtiar kita justru karena kita menggunakan software bajakan. Apalagi jika keseharian (kerja) kita memang memanfaatkan teknologi (komputer khususnya). Analoginya adalah: jika hasil kerja anda saya akui sebagai hasil kerja saya, anda rela nggak? Saya yakin jawaban anda pasti TIDAK. Nah begitu juga halnya dengan para developer aplikasi komersil (yang kebanyakan berjalan pada sistem operasi windows). Wong maksudnya membuat sebuah aplikasi untuk dijual koq malah kita curi (bajak).

Sudahlah bung... buat apa kita mencuri kalau yang gratis ada. Dari yang saya alami, hampir semua aplikasi yang berjalan pada sistem operasi windows, ada persamaannya di Linux. Cuma BEDA NAMA. Seandainyapun mengalami kendala – dalam kitab suci saja kita diwajibkan untuk belajar – ya bertanyalah pada sahabat-sahabat kita yang memang lebih dulu tau soal Linux ini, lha wong nggak bayar juga koq, yang jelas ANDA TIDAK SENDIRIAN!

Akhirul kata, ada banyak tulisan-tulisan serupa dengan cara penyampaian yang berbeda, anda bisa browsing dan searching via internet. Barangkali saya hanya melengkapi lewat sudut pandang yang sedikit berbeda. Karena bisa saja tidak sampainya amalan-amalan dan ibadah kita, tidak optimalnya hasil ikhtiar kita, karena “hal sepele” yang sama sekali luput dari perhatian kita. Kalau sudah begitu, ayo RAME-RAME MIGRASI KE LINUX...........!?!

Selasa, 12 Juli 2011

KONFIGURASI AWAL PCLinuxOS

Nah, ini nih..... baru lagi :) Mulai kenalan sama PCLinuxOS yang menurut saya “blasteran” (hehe....). Lha, wong ekstensi file-nya rpm tapi gaya instalasi, update, dsb. di konsol (terminal) itu menggunakan apt-get seperti ubuntu. Dan asyiknya, ketika kita coba - misalnya - mau memeriksa file atau aplikasi yang sudah atau belum terinstall, perintah rpm tetap bisa digunakan - seperti gini nih contohnya:
$rpm -qa | grep gimp
atau ketika ingin melakukan instalasi secara offline :
#rpm -ivh libxplc0-0.3.13-4pclos2010.i586.rpm
Rame kan bro???
Gaya Ubuntu oke.... Gaya fedora juga boleh. Hehe.... ntu baru kulitnya aza bOz. Lebih ke dalam lebih asyik. Suer!
Kebetulan saya nginstall PCLinuxOS 2011 KDE alias yang terakhir (pada saat ini). Dan masih belum menemukan masalah serius n moga-moga aja ngga nemuin masalah :)
Cuma bagi Anda terbiasa menggunakan kompi secara offline, kayaknya memang harus sedikit ekstra nih. Pasalnya aplikasi Office nggak built in (Saya sendiri sempat kheki. haha...). Untungnya sudah biasa main sama linux-linux lain. Jadi agak terbiasa menghadapi ke-”eksentrik"-an si blasteran yang satu ini.
Sip! Langsung ke TKP bOz.... bagi Anda yang pake netbook nggak usah kuatir. selama bisa konek Internet, permasalahan tuntas! (hehe.... tinggal nebeng unduh di hotspot-hotspot gratisan yang sekarang ini ada dimana-mana), ato minta file iso PCLinuxOS sama temen, ato minta tolong unduh sama operator warnet (kasih aja uang rokok. pasti mau deh. hehe....).
Setelah punya file iso-nya si blasteran ini, Anda bisa unduh Unetbootin (kalo saat ini masih pake windu$; ya unduh yang versi windu$). Alamatnya di sini nih:
http://unetbootin.sourceforge.net/
Siapin flashdisk kosong 1 GB (minimal) → Asumsi: file iso PCLinuxOS dan Unetbootin sudah ada di harddisk netbook Anda.
Jalankan Unetbootin dan konfigurasikan OS Linux Anda. Pada kasus ini, PCLinuxOS. Ikuti petunjuk yang ada pada windows Unetbootin. setelah selesai, eksplor flashdisk Anda. Jika berhasil, flashdisk kosong Anda akan terisi dengan file-file PCLinuxOS (persis seperti LiveCD-nya). Dan Anda tinggal mengatur BIOS netbook agar booting dari flashdisk.
Apabila PCLinuxOS sudah terinstall di Netbook atau Desktop Anda, lakukan perubahan-perubahan seperlunya.
Bagi Anda yang sudah memiliki koneksi internet, Langkahnya akan lebih mudah. Anda hanya perlu mengklik tombol PC dipojok kiri bawah (start kalau di windu$) → Software Center → Synaptic Package Manager.
Setelah windows Synaptic muncul, klik menu Setting → Repositories

Pada Daftar Server Repositories, hilangkan contrengan default-nya. Ganti dengan server mirror terdekat atau terbaik. Pada kasus ini, saya memilih mirror kambing milik Universitas Indonesia (karena saya ada di wilayah Jawa Barat). Untuk PCLinuxOS 2011; server mirror kambing sudah tersedia dalam daftar, Anda tinggal mengaktifkannya (dengan mencontreng). Contreng satu lagi buat cadangan, apabila mirror utama pilihan kita down.

Kemudian klik menu Reload untuk memastikan mirror repositories yang kita pilih berfungsi dengan baik. Apabila terjadi error, ganti dengan mirror yang lain.
Sempurna! Saat ini Anda sudah bisa melakukan instalasi gaya windu$ hanya dengan mengklik aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan. Dan.... Ups! Ternyata LibreOffice Manager belum dapat diinstall sebagaimana mestinya. Yups! Anda harus menginstall lomanager lebih dulu.
Cari di Synaptic dengan mengklik menu search. Tandai (mark) kemudian klik Apply. Beres!

Lewat konsol (Terminal)
  1. Jadi root lebih dulu dengan mengetikan su seperti dibawah ini
    • [freeman@localhost ~]$su
  1. isi password dengan password super user yang telah anda buat.
  2. Identifikasi bahwa anda telah menjadi root diatandai dengan berubahnya karakter $ menjadi #
  3. ketik: apt-get install lomanager
  4. Selesai! Anda bisa memulai instalasi LibreOffice dengan cara mengklik: PC → Office → LibreOffice Manager (atau langsung klik icon LibreOffice Manager yang ada pada Desktop Anda).

Setelah Office (LibreOffice) sudah terinstall, sekarang giliran koneksi via USB Modem.
Pada beberapa kasus, sebenernya tinggal klik Control Manager → Network & Internet → setup a new network interface (LAN, ISDN, ADSL, …) saja. Kemudian Anda tinggal klik Next-Next sampai selesai.
Atau....
Bisa juga melakukan setting via konsol (terminal). Hal ini biasa dilakukan oleh mereka yang menggunakan modem CDMA (smart, AHA/esia, dan flexi). Contoh kasus yang saya bahas, menggunakan modem smart EvDO k-toch E329.

  1. Download (unduh) file-file berikut: libxplc0-0.3.13-4pclos2010.i586.rpm, libwvstreams4.6-4.6.1-1pclos2010.i586.rpm, dan wvdial-1.61-1pclos2010.i586.rpm
  2. install (compile) dengan cara:
    1. #rpm -ivh libxplc0-0.3.13-4pclos2010.i586.rpm
    2. #rpm -ivh libwvstreams4.6-4.6.1-1pclos2010.i586.rpm
    3. #rpm -ivh wvdial-1.61-1pclos2010.i586.rpm
  3. kemudian buat file wvdial,conf-nya dengan cara sebagai berikut:
    1. vi /etc/wvdial.conf
    2. copas seperti scripts di bawah ini:
      [Dialer smart]
Init1 = ATZ
Init2 = ATQ0 V1 E1 S0=0 &C1 &D2 +FCLASS=0
Stupid Mode = yes
Modem Type = Analog Modem
ISDN = 0
New PPPD = yes
Phone = #777
Modem = /dev/ttyUSB0
Username = smart
Password = smart
Baud = 115200
Simpan. Beres kan? Lanjutkan dengan mengetikkan ini
  1. #lsusb
  2. #modprobe usbserial vendor=0x.... product=0x.... (perhatikan baris ini)
  3. #dmesg
  4. #wvdial smart

pada point 1: lakukan tanpa mencolok usb modem lebih dulu. Perhatikan output-nya. Kemudian perhatikan pula output setelah usb modem ditancapkan. Baris dengan identifikasi baru itulah NILAI usb modem Anda. Isi titik-titik pada point 2 di atas dengan nilai-nilai yang ada,
Selesai! Seharusnya, setelah mengetikkan wvdial smart, PC/Laptop Anda sudah terkoneksi dengan Internet.

BERSAMBUNG......

Sabtu, 25 Juni 2011

Instalasi LAMP di OpenSUSE


Setelah beres "mermak" OpenSUSE, Giliran nginstall LAMP (Linux Apache MySQL PHP) alias bikin  WEB Server buat otak-atik garap aplikasi-aplikasi web base. Gini kira-kira bro.... n kalo di komputer ane sih jalan mulus.

Cara install LAMP (Linux Apache MySQL dan PHP di OpenSuSE:
  1. # yast2 -i mysql mysql-client mysql-community-server
  2. # chkconfig --add mysql
  3. # /etc/init.d/mysql start
  4. # mysql_secure_installation
  5. # yast2 -i apache2
  6. # chkconfig --add apache2
  7. # /etc/init.d/apache2 start
  8. # yast2 -i apache2-mod_php5
  9. # /etc/init.d/apache2 restart
  10. # nano /srv/www/htdocs/info.php → kemudian ketik: “<?php phpinfo(); ?>” (tanpa tanda kutip)
  11. # yast2 -i php5-mysql php5-bcmath php5-bz2 php5-calendar php5-ctype php5-curl php5-dom php5-ftp php5-gd php5-gettext php5-gmp php5-iconv php5-imap php5-ldap php5-mbstring php5-mcrypt php5-odbc php5-openssl php5-pcntl php5-pgsql php5-posix php5-shmop php5-snmp php5-soap php5-sockets php5-sqlite php5-sysvsem php5-tokenizer php5-wddx php5-xmlrpc php5-xsl php5-zlib php5-exif php5-fastcgi php5-pear php5-sysvmsg php5-sysvshm
  12. /etc/init.d/apache2 restart


Berbeda dengan Ubuntu maupun Fedora, pada OpenSuse aktivitas yang berhubungan dengan WEB (web server) secara default diletakan dibawah direktif /srv/... bukan /var/.... Perhatikan no.10 di atas.

Sampai di sini, rasanya kita sudah bisa mulai menjalankan aplikasi-aplikasi CMS seperti: Joomla, Drupal, Wordpress, dsb. Secara Offline.
Kind Regards,

Jumat, 03 Juni 2011

Nyicip OpenSuSE

Lama “main” di fedora, kepingin juga “nyicip” OpenSuSE. Karena punya-nya cuma yang release 11.3 . Nggak apa. Akhirnya ane install juga. Wuaduh.... keterbatasan space di HardDiskDrive bikin ane harus buat pilihan. Fedora 14 ane 'bongkar' dulu. SEMENTARA BOS! Hehe.... ane tetep 'cinta mati' koq ama si suksesor-nya RedHat itu.

Ok. kita langsung ke TKP bro1 n.... harus milih lagi. Antara Desktop KDE atau GNOME? Biar nggak tanggung, ane pilih KDE. Beres! Proses instalasi kita anggap nggak ada masalah. Hampir sama – karena OpenSuSE ini juga mengusung loader grub.

Setelah itu, seperti biasa, masing-masing 'keluarga' Linux punya istilah sendiri dalam meracik paketnya. Dan kalau di OpenSuSE ini, meskipun ekstensi-nya adalah rpm, tetapi konon justru bermuara dari keluarga 'si maco' Slackware. Lepas dari itu semua, mulai sekarang ane harus terbiasa dengan perintah-perintah baru seperti YaST dan zypper (kita bahas nanti sambil jalan).

Sama dengan ketika mulai 'nyicip' distro-distro linux lainnya (distro = distribusi), ane mulai dari 'mengatur' repositori si OpenSuSE ini. Seperti biasa juga, tujuannya adalah server terdekat, kalo ada, ya yang di Indonesia aja. Kambing, Kebo, Buaya, Komo, FOSS, UGM, UNEJ, n so on... n so on... biasanya jadi pilihan utama ane. Seandainya harus memanfaatkan yang di luar sono, ane biasa nuju ke Jepang, Australia, German, atau US (yang menurut ane bisa rada kenceng).
  1. Nah... mulai deh klik start → application → system → Administrator Setting
  2. Habis gitu …. ane klik lagi icon yang ada tulisannya software repositories....
  3. Ane plototin tuh dua kolom yang bernama Name sama URL
Beres!

Mulai pake rumus saktinya 'mesin' Linux (hehe.....) masuk atau gunakan terminal dengan jatidiri sebagai super user alias root!

Nih contohnya perintah-perintah yang ane caplok dari mBah Google:
# zypper ar http://dl2.foss-id.web.id/opensuse/distribution/11.3/repo/oss/ foss-oss

# zypper ar http://dl2.foss-id.web.id/opensuse/update/11.3/ foss-update

# zypper ar http://dl2.foss-id.web.id/opensuse/distribution/11.3/repo/non-oss/ foss-nonoss

# zypper ar http://buaya.klas.or.id/opensuse/packman/ buaya-packman

Jangan pusing bro! (hehe...) mangga langsung dicopas (copy paste) aja. Trus ulangi point 1 dan 2 yang ane tulis di atas.
Hapus deh semua repositori-repositori default yang tadi ane plototin semua dengan meng-klik tombol delete.
Trus... klik lagi start → application → system → Administrator Settings → Software Management (tunggu sampe proses selesai sembari minum kupi anget. Hehe...).

Sekarang antum perhatiin teks zypper tadi yang kata om Wiki merupakan perintah untuk instalasi, upgrade, dan updating pada OpenSuSE. Walaupun kita dapat melakukan hal tersebut secara GUI (Graphic User Interface) melalui fasilitas YaST (Yet another Setup Tools). Namun, bagi beberapa orang dan untuk beberapa kejadian tertentu adakalanya kita harus melakukannya melalui terminal/command line interface (CLI).Untuk melakukan perintah ini caranya, masuk ke "konsole" dan harus memiliki privilege sebagai Super User.

Nah terus 'embel-embel'  ar  dibelakangnya itu merupakan singkatan dari add repository.

Biar besok-besok nggak linglung, ane apalin nih perintah-perintah dasar di OpenSuSE:
zypper >>> Untuk menampilkan daftar perintah dan pilihan

zypper help search >>> Untuk menampilkan help untuk perintah pencarian
zypper lu >>> Untuk menampilkan update patch yang diperlukan
zypper up >>> Untuk melakukan update software
zypper se sqlite >>> Untuk mencari paket software sqlite
zypper rm sqlite2 >>> Untuk menghapus paket software sqlite
zypper in sqlite3 >>> Untuk melakukan instalasi paket software sqlite
zypper in yast* >>> Untuk melakukan instalasi semua paket yang diawali dengan nama yast
zypper up -t package >>> Untuk melakukan upgrade semua paket dengan versi terbaru

Nah dari sini antum bisa coba install aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan. Dan seperti biasa juga (hehe.....) ane mulai dengan menginstall midnight commander via terminal. Caranya kayak gini om...
# zypper install mc

Sebenernya dengan semua repositori yang ada, kita sudah bisa menginstall semua kebutuhan. Ups! Ternyata belon boss... ane nggak bisa install pemutar video yang bernama vlc itu. Padahal untuk video player, ane suka banget pake yang itu. Jelajah sana-sini, akhirnya nongol juga nie perintah:

Kalo masih belum puas juga, nyok kita tambah lagi daftar repositori-nya dengan cara begini:
Klik Start → application → System → Administrator Settings

Trus ….. Setelah muncul YaST Control Centre, antum klik tuh icon yang bernama: Software Repositories

Hehe...... ketemu lagi deh. Tapi sekarang beda boss! Kita klik tombol Add (ada tuh di sebelah kiri agak bawah). Nah... kita klik dah Community Repositories dan... klik next.
Bener-bener beres sekarang, tinggal kita contreng yang kita mau. Finish!
#zypper up

Perintah di atas untuk mengupdate paket aplikasi yang ada dalam sistem operasi OpenSuSE kita.
Oke kan boss...!?! Sementara cukup dulu ya...Ane temenin jarak jauh aja.

Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Zypper
http://opensuse.or.id/panduan/instalasi/menambahkan-repositori-opensuse
http://www.vavai.com/blog/index.php?/archives/814-Mirror-openSUSE-Indonesia.html
http://www.novell.com/documenttation/opensuse113/



Selasa, 25 Januari 2011

Alangkah Lucunya ICT di Ciamis dan Sekitarnya.....

Tertarik pada judul sebuah film layar lebar, saya jadi latah main copas alias copy paste seperti kebanyakan pengguna komputer saat ini. Mau itu serial number atau CD Key sebuah aplikasi berbayar kek. Ataupun blog menawan milik salah seorang sebangsa dan setanah air kek. Atau bahkan kode sumber (source code) sebuah aplikasi yang dibuat dengan bersusah-payah dalam kurun waktu yang cukup panjang. Copas! Kebiasaan yang barangkali sudah mendarah-daging (semoga saja saya kelirru). Hah.... itu mah nggak cuma di Ciamis. Tapi "penyakit" nasional.

Aneh juga rasanya membicarakan tempat dimana kita sendiri berdomisili disana. Salah-salah dianggap sara. Jangan-jangan dianggap tidak nasionalis. Lha? Kalo dimana-mana ada "luka", Jika di setiap sudut ada "lubang"-nya, apa kita tetap berdiam diri saja? Saya.... jujur saja ogah bersikap begitu. Negatif thinking-nya, jangan-jangan anak saya ketularan "luka" yang dimana-mana itu tadi. Negatif Hearting-nya, jangan-jangan anak saya kejeblos "lubang" yang di setiap sudut itu tadi. Hah! ya lebih baik prepare dong.

Konteksnya adalah bahwa zona Teknologi Informasi dan Komunikasi itu sebenarnya cukup fleksibel koq. Mengapa kita harus jadi PENCURI kalau ada yang gratis dan halal? Kenapa harus NYOLONG serial number, CD Key, source code, jika ada yang rela memberikan secara cuma-cuma? Lucunya.... (nah ini nih) salah seorang sahabat bahkan bangga (tapi saya yakin koq jika hati kecilnya tidak demikian) dengan mengatakan, "mau bajak kek... mau nyolong kek.... nggak apa, yang penting gue bisa ngoprek!" Wuaduh...! Repot juga tuch.

Di "benua" lain yang masih berada dalam wilayah Ciamis dan sekitarnya, yang katanya "susah" mempelajari Sistem Operasi "gratisan" ini, ternyata untuk teknologi yang lebih rumit bin njlimet, mereka menggunakan (setidaknya dengan platform dasar) Sistem Operasi "gratisan" yang saya sebutkan tadi. Kalau tidak salah sih untuk urusan bandwitch controller gitu. Atau mungkin juga soal system security.

Punten pisan ya kang ..... saya ndak pernah lho "makan" bangku sekolahan ICT. Otak saya ndak bakalan nyampe. Sampeyan (pakai bahasa "jerman" sedikit ah) yang ada di sekeliling saya jauh lebih pintar dari saya, baik secara knowledge maupun lainnya. Dari sharing-sharing sambil lalu, baik langsung maupun via chating saya paham itu. Anehnya, mengapa ICT yang beredar di instansi-instansi (perangkat lunak khususnya), lebih dari 90% datang dari luar Ciamis?

Alhamdulillah..... saya berkesempatan kenal dengan salah seorang staff ICT di salah satu sekolah negeri, wuaduh... dibandingkan beliau, saya bukan apa-apa. Trus..... ada juga mantan pengajar yang punya bisnis bidang ICT, beuh! hebat pisan dia. belum lagi sang otodidaks yang putera daerah tapi justru doyan advonturir ke Indonesia Timur, ada apa gerangan? Ada lagi sang perkasa yang lebih senang berdiam diri di "menara gading"-nya di ujung banjar sana. Wualah! sangat banyak sebenarnya "permata" di Ciamis ini yang lucunya (sekali lagi semoga saya yang salah) jalan sendiri-sendiri di ladang-ladang orang lain. Atau jangan-jangan mereka yang bikin circle crops di Sleman sana? hehe......

Ya ya ya..... alangkah lucunya ICT di zona Ciamis ini. Namun demikian saya tetap berharap anak-anak saya dapat menauladani mereka yang saya sebutkan tadi, tetapi tidak "bersembunyi" seperti mereka. Semoga putera-putera daerah kelak dapat dan mau mengeksplor Open Source Software and GNU GPL demi mengikis pembajakkan perangkat lunak dan menghargai HAKI sebagai hakekat kreatifitas.


Kind Regards,

Minggu, 09 Januari 2011

Zona Teknologi Informasi di Ciamis

Pemahaman akan Teknologi Informasi (istilah yang dipakai saat ini adalah ict atau Information and Communication Technologies), terutama di kabupaten Ciamis - mohon maaf sebesar-besarnya - ternyata sangat "menyedihkan". Business Oriented! Seharusnya sah-sah saja, karena zona Teknologi Informasi tidak berbeda dengan zona-zona lainnya. Zona edukasi, zona hiburan, zona properti, dan sebagainya...... merupakan "wilayah multi-fungsi" yang bisa diolah sesuai keinginan kita. Mau kita berikan label usaha, sosial, atau apapun.... boleh.

Permasalahan terjadi ketika kita tidak segan-segan "menciptakan" gap yang menyebabkan timbulnya perspektif-perspektif serba njlimet. Bahwa zona Teknologi Informasi (ICT) lebih "ekslusif", sama sekali tidak benar! Bahwa di Ciamis tidak ada putera bangsa yang paham akan ICT sangatlah keliru! Saya sempat mengenal beberapa dari mereka. Saya pernah sharing pengetahuan dengan mereka. Nyatanya mereka cukup smart - kalau tidak ingin dikatakan lebih pintar dari saya.

Sangat disayangkan jika ternyata mereka "diam di tempat" dalam konteks mensosialisasikan profesionalisme mereka sendiri. Sadar atau tidak, mereka sendiri yang mengundang, jawara-jawara ICT dari Jakarta, Bandung, bahkan Yogjakarta berdatangan ke Ciamis untuk "meladang" proyek-proyek prestige di kedinasan Ciamis. Mengapa bisa demikian? Pertanyaan itu pula yang menggelitik keingintahuan saya (barangkali karena sebagian besar waktu saya berada di zona tersebut dan karena saat ini saya berdomisili di "kota" Ciamis).

Ok. Mari kita "berpetualang" sejenak ke zona yang sangat "jarang" anda kunjungi. Zona Hati. Ketika - karena memiliki pengetahuan yang lebih mumpuni - mengetahui ada celah pada perjalanan usaha salah seorang sahabat, kebanyakkan kita "menambalnya" dengan memulai usaha sejenis, bukan membantu menutupi celah yang ada pada usaha sahabat kita tadi. Sebaliknya, jika usaha itu adalah milik kita sendiri dan salah seorang sahabat "mengingatkan" kita akan adanya celah usaha - karena 'merasa' memiliki kemampuan lebih mumpuni baik dari segi kapital maupun Knowledge daripada sahabat yang berusaha mengingatkan tadi - objektifitas nalar sering terabaikan (smooth statement of course, haha.....).

Yups! Paragraf di atas cuma sebuah ilustrasi keseharian yang (saya pikir) semua kita bisa melihat dan merasakan secara gamblang. Sangat banyak sebenarnya, ilustrasi-ilustrasi konkret di zona ICT Ciamis yang begitu apatis. Sepengetahuan saya (dari berbagai sumber) hal itu dimulai sejak "Tragedi" SIMDA beberapa tahun lalu. Tetapi Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak pernah "berhenti" berkembang. Trend saat ini adalah Business Online, Online Communication, Tele Conference, etc. Google, Facebook, Twitter, Amazon, dan sebagainya.... jelas merupakan data valid yang tidak bisa dibantah.

Hubungannya dengan Ciamis? Jelas ada. Berapa jumlah kedinasan di wilayah (zona) Ciamis? Berapa jumlah Toko, Rumah Makan, Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Show Room, dan sebagainya dan sebagainya.... versus-nya adalah berapa jumlah lembaga pendidikan (baik formal maupun informal) yang memberikan materi ICT dan berapa jumlah warnet yang ada saat ini? Dan mengapa saya "memversuskan" hal itu? Sederhananya adalah..... bahkan hanya untuk instalasi jaringan saja, sebuah instansi pemerintah harus memanggil jawara instalasi jaringan dari luar wilayah Ciamis. Sederhananya adalah bahwa untuk memasukan konten informasi saja sebuah instansi "berani" menerbitkan pricing policy yang fantastis.

Intinya adalah jika zona ICT Cilacap misalnya, mampu begitu menggeliat. Mengapa Ciamis tidak? Dengan lingkup area yang begitu luas, dengan 13 ribu (angka perkiraan) PNS yang notabene adalah pengajar, mestinya lebih mudah mengajak, menghimbau, atau bahkan menyebarkan "virus" peduli teknologi kepada masyarakat luas. Di Kabupaten Ciamis tentu saja. Berikan 'ruang' pada putra daerah agar mereka dapat mengeksplore kreatifitas dan merasakan bahwa tanah ibu-nya juga 'membutuhkan' mereka. Saya sangat optimis jika para sahabat - putra daerah - masih memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pengembangan ICT di tanah ibu-nya. This not a hope but it's a real inner for the future!

to be continue..............


Kind Regards,