Selasa, 25 Januari 2011

Alangkah Lucunya ICT di Ciamis dan Sekitarnya.....

Tertarik pada judul sebuah film layar lebar, saya jadi latah main copas alias copy paste seperti kebanyakan pengguna komputer saat ini. Mau itu serial number atau CD Key sebuah aplikasi berbayar kek. Ataupun blog menawan milik salah seorang sebangsa dan setanah air kek. Atau bahkan kode sumber (source code) sebuah aplikasi yang dibuat dengan bersusah-payah dalam kurun waktu yang cukup panjang. Copas! Kebiasaan yang barangkali sudah mendarah-daging (semoga saja saya kelirru). Hah.... itu mah nggak cuma di Ciamis. Tapi "penyakit" nasional.

Aneh juga rasanya membicarakan tempat dimana kita sendiri berdomisili disana. Salah-salah dianggap sara. Jangan-jangan dianggap tidak nasionalis. Lha? Kalo dimana-mana ada "luka", Jika di setiap sudut ada "lubang"-nya, apa kita tetap berdiam diri saja? Saya.... jujur saja ogah bersikap begitu. Negatif thinking-nya, jangan-jangan anak saya ketularan "luka" yang dimana-mana itu tadi. Negatif Hearting-nya, jangan-jangan anak saya kejeblos "lubang" yang di setiap sudut itu tadi. Hah! ya lebih baik prepare dong.

Konteksnya adalah bahwa zona Teknologi Informasi dan Komunikasi itu sebenarnya cukup fleksibel koq. Mengapa kita harus jadi PENCURI kalau ada yang gratis dan halal? Kenapa harus NYOLONG serial number, CD Key, source code, jika ada yang rela memberikan secara cuma-cuma? Lucunya.... (nah ini nih) salah seorang sahabat bahkan bangga (tapi saya yakin koq jika hati kecilnya tidak demikian) dengan mengatakan, "mau bajak kek... mau nyolong kek.... nggak apa, yang penting gue bisa ngoprek!" Wuaduh...! Repot juga tuch.

Di "benua" lain yang masih berada dalam wilayah Ciamis dan sekitarnya, yang katanya "susah" mempelajari Sistem Operasi "gratisan" ini, ternyata untuk teknologi yang lebih rumit bin njlimet, mereka menggunakan (setidaknya dengan platform dasar) Sistem Operasi "gratisan" yang saya sebutkan tadi. Kalau tidak salah sih untuk urusan bandwitch controller gitu. Atau mungkin juga soal system security.

Punten pisan ya kang ..... saya ndak pernah lho "makan" bangku sekolahan ICT. Otak saya ndak bakalan nyampe. Sampeyan (pakai bahasa "jerman" sedikit ah) yang ada di sekeliling saya jauh lebih pintar dari saya, baik secara knowledge maupun lainnya. Dari sharing-sharing sambil lalu, baik langsung maupun via chating saya paham itu. Anehnya, mengapa ICT yang beredar di instansi-instansi (perangkat lunak khususnya), lebih dari 90% datang dari luar Ciamis?

Alhamdulillah..... saya berkesempatan kenal dengan salah seorang staff ICT di salah satu sekolah negeri, wuaduh... dibandingkan beliau, saya bukan apa-apa. Trus..... ada juga mantan pengajar yang punya bisnis bidang ICT, beuh! hebat pisan dia. belum lagi sang otodidaks yang putera daerah tapi justru doyan advonturir ke Indonesia Timur, ada apa gerangan? Ada lagi sang perkasa yang lebih senang berdiam diri di "menara gading"-nya di ujung banjar sana. Wualah! sangat banyak sebenarnya "permata" di Ciamis ini yang lucunya (sekali lagi semoga saya yang salah) jalan sendiri-sendiri di ladang-ladang orang lain. Atau jangan-jangan mereka yang bikin circle crops di Sleman sana? hehe......

Ya ya ya..... alangkah lucunya ICT di zona Ciamis ini. Namun demikian saya tetap berharap anak-anak saya dapat menauladani mereka yang saya sebutkan tadi, tetapi tidak "bersembunyi" seperti mereka. Semoga putera-putera daerah kelak dapat dan mau mengeksplor Open Source Software and GNU GPL demi mengikis pembajakkan perangkat lunak dan menghargai HAKI sebagai hakekat kreatifitas.


Kind Regards,

Minggu, 09 Januari 2011

Zona Teknologi Informasi di Ciamis

Pemahaman akan Teknologi Informasi (istilah yang dipakai saat ini adalah ict atau Information and Communication Technologies), terutama di kabupaten Ciamis - mohon maaf sebesar-besarnya - ternyata sangat "menyedihkan". Business Oriented! Seharusnya sah-sah saja, karena zona Teknologi Informasi tidak berbeda dengan zona-zona lainnya. Zona edukasi, zona hiburan, zona properti, dan sebagainya...... merupakan "wilayah multi-fungsi" yang bisa diolah sesuai keinginan kita. Mau kita berikan label usaha, sosial, atau apapun.... boleh.

Permasalahan terjadi ketika kita tidak segan-segan "menciptakan" gap yang menyebabkan timbulnya perspektif-perspektif serba njlimet. Bahwa zona Teknologi Informasi (ICT) lebih "ekslusif", sama sekali tidak benar! Bahwa di Ciamis tidak ada putera bangsa yang paham akan ICT sangatlah keliru! Saya sempat mengenal beberapa dari mereka. Saya pernah sharing pengetahuan dengan mereka. Nyatanya mereka cukup smart - kalau tidak ingin dikatakan lebih pintar dari saya.

Sangat disayangkan jika ternyata mereka "diam di tempat" dalam konteks mensosialisasikan profesionalisme mereka sendiri. Sadar atau tidak, mereka sendiri yang mengundang, jawara-jawara ICT dari Jakarta, Bandung, bahkan Yogjakarta berdatangan ke Ciamis untuk "meladang" proyek-proyek prestige di kedinasan Ciamis. Mengapa bisa demikian? Pertanyaan itu pula yang menggelitik keingintahuan saya (barangkali karena sebagian besar waktu saya berada di zona tersebut dan karena saat ini saya berdomisili di "kota" Ciamis).

Ok. Mari kita "berpetualang" sejenak ke zona yang sangat "jarang" anda kunjungi. Zona Hati. Ketika - karena memiliki pengetahuan yang lebih mumpuni - mengetahui ada celah pada perjalanan usaha salah seorang sahabat, kebanyakkan kita "menambalnya" dengan memulai usaha sejenis, bukan membantu menutupi celah yang ada pada usaha sahabat kita tadi. Sebaliknya, jika usaha itu adalah milik kita sendiri dan salah seorang sahabat "mengingatkan" kita akan adanya celah usaha - karena 'merasa' memiliki kemampuan lebih mumpuni baik dari segi kapital maupun Knowledge daripada sahabat yang berusaha mengingatkan tadi - objektifitas nalar sering terabaikan (smooth statement of course, haha.....).

Yups! Paragraf di atas cuma sebuah ilustrasi keseharian yang (saya pikir) semua kita bisa melihat dan merasakan secara gamblang. Sangat banyak sebenarnya, ilustrasi-ilustrasi konkret di zona ICT Ciamis yang begitu apatis. Sepengetahuan saya (dari berbagai sumber) hal itu dimulai sejak "Tragedi" SIMDA beberapa tahun lalu. Tetapi Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak pernah "berhenti" berkembang. Trend saat ini adalah Business Online, Online Communication, Tele Conference, etc. Google, Facebook, Twitter, Amazon, dan sebagainya.... jelas merupakan data valid yang tidak bisa dibantah.

Hubungannya dengan Ciamis? Jelas ada. Berapa jumlah kedinasan di wilayah (zona) Ciamis? Berapa jumlah Toko, Rumah Makan, Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, Show Room, dan sebagainya dan sebagainya.... versus-nya adalah berapa jumlah lembaga pendidikan (baik formal maupun informal) yang memberikan materi ICT dan berapa jumlah warnet yang ada saat ini? Dan mengapa saya "memversuskan" hal itu? Sederhananya adalah..... bahkan hanya untuk instalasi jaringan saja, sebuah instansi pemerintah harus memanggil jawara instalasi jaringan dari luar wilayah Ciamis. Sederhananya adalah bahwa untuk memasukan konten informasi saja sebuah instansi "berani" menerbitkan pricing policy yang fantastis.

Intinya adalah jika zona ICT Cilacap misalnya, mampu begitu menggeliat. Mengapa Ciamis tidak? Dengan lingkup area yang begitu luas, dengan 13 ribu (angka perkiraan) PNS yang notabene adalah pengajar, mestinya lebih mudah mengajak, menghimbau, atau bahkan menyebarkan "virus" peduli teknologi kepada masyarakat luas. Di Kabupaten Ciamis tentu saja. Berikan 'ruang' pada putra daerah agar mereka dapat mengeksplore kreatifitas dan merasakan bahwa tanah ibu-nya juga 'membutuhkan' mereka. Saya sangat optimis jika para sahabat - putra daerah - masih memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pengembangan ICT di tanah ibu-nya. This not a hope but it's a real inner for the future!

to be continue..............


Kind Regards,